Brain VS. Heart: I’m Pretty and I Know It

Suatu pagi, Brain dan Heart lagi super sibuk beres-beres dan packing barang karena mau pindah dari Kuala Lumpur ke Singapore

Heart: Brain, nooo… Itu jangan dibuang! Aku mau liat dulu.

Brain: (Ngasih Heart sebuah map yang berisi surat dan foto-foto sama mantan).

Heart: (Ngeliatin dengan seksama) Kok masih ada di sini, ya? Ini kan, udah lama banget.

Brain: Iya, aku aja udah ga inget kalo benda ini eksis!
Heart baca suratnya dan ngeliatin foto-fotonya.
Heart: Ya ampun, surat ini lebay banget, ya. I never realize that we loved him that much.

Brain: I didn’t. I never loved him, Heart. Only you did.

Heart: Kamu juga, Brain. At least sampai ‘detik itu’…

Brain: ‘Detik itu’ yang membuat kamu ga cinta, Heart. Tapi aku… aku udah benci sama dia, sejak dia pertama kali menyakitimu. Dan itu terjadi jauh sebelum ‘detik itu’ terjadi. Kalo kamu dari dulu dengerin apa kataku, ‘detik itu’ ga akan pernah terjadi, Heart.

Heart: So, jadi aku yang salah? Itu namanya takdir, Brain. Lagipula orang bilang, what doesn’t kill you, makes you stronger. Sekarang kita ga akan sekuat ini kalo ‘detik itu’ ga terjadi.

Brain: Ya ya ya (males berdebat dengan Heart yang lagi mellow).

Beberapa detik setelah Heart selesai membaca surat…

Heart: Do you think we’re pretty, Brain?

Brain: Seriously?! Kamu masih mikirin kata-kata dia?!

Heart: Kan memang itu masalah utamanya. ‘Detik itu’, dia selingkuh karena she is so much prettier. Dia bahkan ngakuin itu dan bilang berkali-kali. Kalo aku pretty enough, ‘detik itu’ ga akan terjadi.

Brain: Stop blaming yourself. Dia selingkuh karena banyak hal lainnya. Karena jarak, waktu, kurangnya komunikasi, kurangnya kepercayaan, kur…

Heart: We are not pretty enough, itu alasan utamanya.

Brain: (Menarik napas dalam-dalam) We are pretty. More than just enough. Kita ga perlu validasi. Masalah utamanya Heartwe respect ourselves enough. He failed to control us. He couldn’t get things he always wanted. Kamu tahu kan, apa yang terjadi sama cewek itu setelahnya?

Heart: Iya, kasihan cewek itu. I don’t hate her. Tapi sejak ‘detik itu’, gara-gara dia, kepercayaan diri aku udah hancur. I never feel pretty enough, I never feel good enough.

Brain: We deserve better, much much better. He’s not worth your time! Aku sih, malah bersyukur dia pergi. Ke neraka lebih bagus lagi.

Heart: Hus… Kita bukan Tuhan, kita ga punya hak buat nge-judge orang, Brain.

Brain: Ah, sok suci kamu. Kayanya dulu kamu juga berharap dia dikirim ke neraka secepatnya.

Heart: Hehehe…

 

Heart diam sejenak, terlihat merenung menatap kekosongan…

Heart: Aku takut. Takut kalo ‘detik itu’ terjadi lagi.

Brain: Maksudmu diselingkuhin?

Heart: (Mengangguk)

Brain: Kita ga bisa mengontrol orang lain, Heart. Kalo mereka memutuskan untuk selingkuh, then get the hell out of my life and don’t ever come back. It’s that easy! Be ourselves and find people who love the real us.

Heart: Iya, bener juga. Thanks ya, Brain. I’m sooo lucky to have you!

Brain: Kalo sampe ada orang yang bilang ‘we are not pretty‘,  aku bakal bius orang itu, terus diiket di tiang, potong lidahnya, dan aku bakar dia hidup-hidup. Aku udah cukup muak sama orang-orang seperti itu. Beauty standards makin lama makin edan. Cewek jaman sekarang, beli makan di pinggir jalan depan rumah aja harus pake make-up. Belum lagi unhealthy diet, photoshopped images, breast implants, plastic surgeries, dan entah apa lagi yang terjadi ke depannya. Ga tau lagi mana yang asli, mana yang palsu. Salah satu penyebabnya, ya orang-orang kaya mereka-mereka itu! Semua cewek itu cantik, don’t let anyone tell you otherwise, Heart!

Heart: Ya ya ya, kayanya cukup dikasih tatapan mematikan sambil bisik-bisik, ‘Say that again? Do you know what my big brain can do to you?’ Terus senyum-senyum mengerikan.Brain: Hahahaha. Ok now, please throw those bullshit letters away!

Share this!
Subscribe
Notify of
18 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
8 years ago

*meratap-ratap
Lu kalo bikin conversation antara Brain and Heart, superb sekali.
Bikin series gih 😀

8 years ago

Ah udah nunggu lama banget Brain v.s Heart ini!

Keren banget, Perasaan emang kadang kontra Logika, tapi gak jarang mereka berdua satu pemikiran (apasih cen).

Anyway, Yes you are, you deserve someone better than him!

8 years ago

Thanks, Dema 😀
Belum ada rencana bikin series sih. Dipikirkan dulu deh. Hehehehe

8 years ago

Yap! Tumben komennya bener. Thanks, Cen 😀

8 years ago

Waktu nulis komen itu aku lagi mabok bensin sih…

Ron
8 years ago

Entah karena golongan darahku B atau terlalu pede, aku tidak pernah melihat diriku jelek atau minder terhadap penampilanku :p

Setiap manusia pasti punya kecantikan yang hanya dia yang miliki, for me my dimples is my strong point!

Real men tidak memandang wanita dari kecantikan fisiknya kok karena itu akan dimakan usia, didukung dengan hukum investasi :p

8 years ago

Makanya jangan minum bensin kebanyakan.. hahahaha..

8 years ago

Yah, itulah perbedaan cewek dan cowok. Cowok itu suka ke-pede-an. Hahahaha 😛

Yup setuju, real men memang tidak memandang wanita dari fisik semata.

7 years ago

Wow.. mantap banget tulisannya. Very beautifully said. Well done *thumbs up*

7 years ago

Thank you, Veny *tersipu malu*

7 years ago

Dulu saya percaya kalau saya semakin menjaga penampilan saya,pergi gym untuk membentuk badan yang bagus gitu dllnya.
Ketika saya mencari pasangan atau pacar, pasangan saya tidak akan menduakan saya.

Tapi pelan-pelan saya menyadari bahwa Cinta itu datang dengan berbagai cara, karena setiap orang mempunyai kelebihan yang berbeda-beda untuk menyentuh hati pasangannya.
Bukan hanya karena ganteng atau cantik, pasangan kamu pasti akan tetap setia pada mu.

7 years ago

Andai saja semua orang di dunia berpikir seperti Chen Wang 😀

7 years ago

This comment has been removed by the author.

7 years ago

hahahaha
Makasih atas pujiannya 🙂

Guru saya pernah berkata kepada saya,"Jika kamu adalah orang yang baik maka kamu akan mendapatkan jodoh yang baik, jadi jangan berhenti untuk belajar agar menjadi orang lebih baik dan mendapatkan jodoh yang terbaik."

7 years ago

Well said, Stef. Well said. *applause*

7 years ago

Wah, keren tuh kata-katanya, gurumu sungguh bijak!
Thanks ya, udah share 🙂

7 years ago

Iya, guru ku memang bijak hehe

Iya sama-sama 🙂

7 years ago

Thank you, Pen!