Saat itu gw masih stay di Malaysia, lagi berada dalam zona nyaman gw. Keuangan gw baik, karir gw pun lumayan. Gw pikir semua bakalan baik-baik saja dan stay this way forever, tapi yang namanya hidup, pasti ada gejolak. Gejolak itu muncul dengan pola aneh, selama hampir 2 bulan, kedua bos gw, sebut saja bos X dan bos Y, jarang keliatan. Kalo nongol pun, mereka selalu terlihat buru-buru dan tampangnya super serius.
Menurut kabar yang beredar dari lantai atas (maksudnya kolega-kolega yang duduk dekat ruangan bos besar di lantai atas), bos X dan box Y sedang beradu argumen dengan bos besar. Masalah duit, katanya. Cash flow beberapa bulan terakhir negatif. Gw menghela nafas, wajar saja negatif, secara kantor gw baru buka cabang di Singapore dan baru beli mesin-mesin untuk projek berikutnya.
Tapi bos besar tidak mau tahu, seperti Paman Gober, dia maunya untung terus, maka dia memerintahkan untuk cut cost. Cut cost dalam artian memotong semua pengeluaran yang tidak perlu, termasuk gaji karyawan. IYA, GAJI KARYAWAN! Padahal kan, karyawan ga tahu apa-apa dan ga ikut andil dalam urusan budget.