×

BTS: Negara Teraman di Dunia

BTS: Negara Teraman di Dunia

Kelamaan tinggal di Singapore membuat gw jadi ‘teledor’. Pas pulang Indonesia, gw sempat ditegur mama gara-gara naro handphone di meja saat makan di food court, gendong tas ransel di punggung (padahal namanya juga BACKpack), menghitung uang yang barusan gw ambil di ATM di tempat umum, membuka tas atau dompet lebar-lebar di tempat umum, dan hal-hal kecil lainnya.

Gw sampe sedih dengernya, Indonesia sebahaya itu kah?

‘Keteledoran’ itu juga seringkali terbawa saat gw jalan-jalan, yang paling teledor, ya di Iceland.

Hari kedua di Iceland (hari pertama sampe sudah malam), gw langsung terpukau dengan keindahan alamnya. Begitu menginjakkan kaki di Þingvellir, gw jatuh cinta sama negara ini.

IMG_2512-768x512 BTS: Negara Teraman di Dunia

Gw langsung ambil handphone, foto-foto dan ambil video. Saat itu, gw juga lagi bawa kamera DSLR-nya Mr Hamburger. Karena berat, gw taro dulu kamera DSLR-nya di atas batu. Bentar doank lah ya, mau cekrek-cekrek sama ngerekam doank, nanti kalo udah selesai gw ambil lagi kameranya. Gw ga jauh-jauh kok.

IMG_2433-768x512 BTS: Negara Teraman di Dunia

IMG_2541-768x512 BTS: Negara Teraman di Dunia

Eh ternyata saking fokusnya sama pemandangan, gw lupa. Sambil foto sambil jalan. Makin lama makin jauh dari batu tempat kamera itu berada. Mr Hamburger dan temen gw satunya pun ga ada yang nyadar.

Kita muter-muter tempat itu 15-20 menit an. Kamera DSLR yg malang itu tertinggal berpuluh-puluh meter di belakang, ga ada yang jagain. Setelah satu putaran besar, akhirnya kita balik lagi ke batu tersebut.

Gw ngeliat ada kamera di atas batu. Mr Hamburger juga liat. Kita terus jalan aja ninggalin kamera itu. Dalam hati gw sempat bingung, ‘Siapa nih naro kamera di atas batu? Ga takut ilang apa?’

…sampe temen gw yang satu lagi nunjuk-nunjuk kamera itu sambil nanya ke Mr Hamburger:

Eh, isn’t it your camera?”

JENG JENG JENG!!

Pantesan keliatannya familiar. HAHAHAHA.

Untungnya kejadiannya di Iceland. Walaupun tempatnya rame banget, banyak orang berlalu lalang, kamera itu GA BERPINDAH SATU SENTI PUN.

Ah, sepertinya gw harus lebih berhati-hati.

***

Selama di Iceland, hampir setiap malam gw tinggal di hostel atau guest house. Bedanya apa? Hmm.. soal hostel, gw pernah bahas di postingan gw: Etika Menginap di Hostel.

Saat itu pukul 6 sore, kita baru sampe di guest house tempat kita menginap yang letaknya di kota kecil Raufarhöfn. Seperti biasa, kita menelepon si empunya rumah, mengabari kalo kita sudah sampai.

Note: Biasanya kalo nginep di guest house, saat tiba di depan rumah, kita telepon / email / SMS dulu untuk mengabarkan kalo kita sudah sampai. Ga sopan kalo langsung nyelonong masuk atau gedor-gedor rumah.

Terus, tahu ga yang punya rumah bilang apa?

Oh, ya udah masuk aja. Rumahnya ENGGAK dikunci kok. Kamarmu nomer XX, yang kuncinya nempel di pintu. Di dapur ada teh dan minuman lain. Silakan bikin kalo mau. Di rumah enggak ada siapa-siapa, gw sendiri biasa pulangnya malem sekitar jam 10 an.

Hah, ga dikunci? Terus kita boleh masuk gitu aja dan ngambil minuman-minuman di dapur? Kita saling pandang, antara percaya ga percaya sama yang barusan kita denger.

Kita turun dari mobil, buka pintu perlahan-lahan. Pintu depan ga dikunci, pintu kamar kita ga dikunci (kamar yang lain-lain gw ga ngecek lah), pintu kamar mandinya juga ga dikunci.

Rumahnya ga besar-besar amet, 3 kamar tidur (satu kamar yang punya rumah, 2 kamar tamu), 1 toilet tamu, 1 kamar mandi tamu, 1 ruang tamu, 1 ruang makan, dan dapur kecil. Di dapur, ada peralatan-peralatan masak dan makan yang bisa kita gunakan, serta  beberapa minuman seperti teh dan kopi yang katanya boleh kita ambil kalo mau.

Kita kegirangan banget pas liat di ruang tamu ada piano. Abis mandi, kita malah keasikan main ala Ludwig van Beethoven abal-abal.

Saat main piano gw sempat nyeletuk: “Di Indonesia, kalo ada rumah ga dikunci begini, bisa-bisa seluruh isi rumahnya bisa hilang.”

Mr Hamburger  ngangguk-angguk. Temen gw yang orang Malaysia nyaut: “Iya, di Malaysia juga.”

Terus kita bertiga ketawa-tawa.

***

Gw jadi inget nasihat ‘Bang Napi’:

“Kejahatan terjadi bukan semata-mata karena ada niat dari pelakunya, tetapi juga karena ada kesempatan!”

Familiar sama kalimat di atas? Iya? Berarti kamu tua! Hahaha kidding.

Dulu waktu kecil, gw setuju-setuju aja. Tapi sekarang, sepertinya kok ada yang salah sama kalimat itu?

Gw tinggal di Singapore dan gw merasakan sendiri amannya negara satu ini. Sama seperti Iceland, rumah ga dikunci pun ga apa-apa, ga akan ada yang masuk apalagi nyolong. Begitu juga handphone dan barang berharga lainnya, kalo hilang pun, kemungkinan besaarrrr bakalan balik lagi.

Tapi itu kan, karena hukumnya kuat. Senjata api tidak dilegalkan, setiap beberapa ratus meter pasti ada CCTV, polisi bawa-bawa pistol besar berkeliaran, dan hukum ga bisa dibeli. Ketauan nyolong di mini market aja bisa 7 tahun penjara. Udah gitu, biaya hidup yang tinggi membuat gaji rata-rata jadi tinggi juga jika dibanding negara lain. Kalo nabung 2 bulan bisa beli smartphone bagus, kenapa harus ngambil resiko 7 tahun penjara untuk nyolong smartphone orang?

Sedangkan Iceland?

Mereka ga punya army, CCTV ga banyak, senjata api legal (tapi polisinya ga punya senjata), dan merupakan salah satu negara dengan populasi atheis terbanyak. Tapi… kenapa Iceland bisa aman?

Bahkan Iceland menduduki urutan pertama pada Global Peace Index (GPI), sejak tahun 2008 sampai tahun 2017 (kecuali tahun 2010 – Iceland menduduki peringkat 2). Makanya ga heran kalo orang-orang bilang Iceland itu the most peaceful country in the world!

Ada 23 indikator yang digunakan GPI, beberapa di antaranya adalah frekuensi terjadinya konflik, relasi dengan negara-negara tetangga, angka kematian yang disebabkan oleh konflik, stabilitas politik, terorisme, populasi narapidana, dan tingkat kriminalitas.

Urutan negara dan indikator lengkapnya bisa dilihat di: SINI.

Berdasar indikator-indikator yang digunakan, selain menyandang the most peaceful country, Iceland juga menjadi salah satu negara teraman di dunia!

PS: Aman di sini artinya aman dari kejahatan yang disebabkan oleh manusia, bukan aman dari natural disaster, ya.

***

Jadi, seberapa akuratkah statement: ‘Kejahatan terjadi bukan semata-mata karena ada niat dari pelakunya, tetapi juga karena ada kesempatan’? Apa kalo suatu kejahatan terjadi, si korban juga salah karena sudah ‘memberi kesempatan’?

Iya gw ngerti, kalo ada yang berniat jahat tapi dipersulit dan tak kunjung punya kesempatan, MUNGKIN saja dia ga jadi berbuat jahat. Tapi… tapi… kenapa di Islandia, Singapura, Jepang, Selandia Baru, di mana banyak sekali kesempatan untuk berbuat kejahatan, angka kriminalitasnya tetap kecil sekali?

Di mana letak kesalahannya? Apakah niat? Atau kesempatan? Atau mental masyarakat yang suka menyudutkan korban? Atau mungkin dasar hukum yang terlalu lemah?

Seorang perempuan yang gemar makan, tidur, dan jalan-jalan. Meski enggan berbagi makanan, Stef tidak pelit dalam membagikan saran, tips, dan kisah hidupnya. Mulai dari kisah yang seru, sampai yang kurang seru, semua tertuang di blog ini. Selain menulis cerita, sehari-harinya Stef bekerja sebagai pegawai kantoran, menulis kode-kode bahasa pemograman. Semua itu Stef lakukan demi sesuap ikan dan selembar tiket pesawat.

Subscribe
Notify of
5 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
5 years ago

Wahhhh seriusan? Gokil!

Ternyata Iceland gak cuma terkenal dengan pemandangan alamnya aja tapi juga keamanannya disana.. Salut deh mbak.

Chandra
6 years ago

Kalo di sg, sepertinya juga karena efek orang2nya kurang peduli, ga mau repot, takut disalahin, bukan urusan gue attitude. Daripada nti ribet lebih baik ignore. Ga kek di indo pada kepo.

6 years ago

Tulisan ini bikin aku inget sama temannya Mama yang tinggal di Singapura. Waktu itu dia habis makan di mana gitu dan ada barangnya yang tertinggal. Besoknya pas balik lagi, beneran enggak pindah sama sekali itu barangnya. 😀

Btw, Iceland ini cakep banget ya, alamnya. Seneng lihatnya.

5
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x